Rabu, 04 September 2019

Jollong: Surga di Lereng Muria

Kebun kopi jollong
Pemandangan salah satu sudut Jollong (Doc. Penulis).

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Slalu dipuja-puja bangsa

Lirik tersebut merupakan sepenggal lirik lagu Indonesia Pusaka karangan Ismail Marzuki. Lagu tersebut menceritakan betapa negeri kita tercinta, Indonesia, sejak dahulu kala sudah dikagumi banyak bangsa. Negeri kita tidak hanya memiliki banyak pemandangan elok, namun juga memiliki sumber daya alam melimpah. Tanah kita subur, hingga banyak tanaman dapat tumbuh di negeri kita ini. Band legendaris Koes Ploes bahkan mengibaratkan dalam salah satu lagunya jika tongkat kayu dapat tumbuh walaupun hanya diletakkan begitu saja. Ya, begitulah Indonesia.
Kekayaan Indonesia yang melimpahlah yang membawa bangsa Eropa berlayar menyebarangi Hindia yang ganas, demi berlabuh di Nusantara. Bahkan, salah satu bangsa Eropa yang paling lama menetap di negeri kita, Belanda, sampai rela mengembara hingga Lereng Muria lebih dari seabad yang lalu. Lereng Muria yang pada saat  itu mungkin saja begitu ganas, tak menyurutkan niat orang-orang dari negeri kincir angin untuk mengeksplorasi sumber daya alam yang ada di sana. Mereka bekerja keras menemukan potensi alam Lereng Muria, menganalisis kondisi alamnya, mengamati iklimnya. Hingga pada akhirnya, orang-orang Belanda tersebut memutuskan bahwa tanah di salah satu Lereng Muria, tepatnya di Jollong, cocok ditanami kopi, tanaman yang baru dikenal sekitar dua abad di Nusantara pada saat itu.

Kebun Kopi Jollong: Jejak Belanda di Lereng Muria
Sebelumnya sudah disinggung bahwa Belanda memutuskan untuk menanam kopi di Jollong. Tanaman kopi yang ditanam di Jollong merupakan tanaman kopi jenis Robusta. Mungkin, bangsa Belanda pada saat itu sudah melakukan riset mendalam mengenai kopi. Buktinya, mereka menanam kopi jenis Robusta yang memang sesuai jika ditanam di tempat dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jollong sendiri memiliki ketinggian tempat antara 570-800 mdpl. Kopi jenis Robusta memiliki keistimewaan karena kadar kafeinnya yang tinggi, memiliki rendemen sekitar 22 %, serta mampu berproduksi lebih tinggi dari kopi jenis Arabika (sekitar 900-1300 kg/ha).
Kebun Kopi Jollong kini dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX yang berpusat di Semarang dan memiliki dua Afdeling, yaitu Afdeling Jurang dan Afdeling Jollong. Kebun ini tidak hanya ditanami tanaman kopi, namun ada pula tanaman jenis lain seperti sereh wangi, albasia, jeruk keprok, jeruk pamelo, bahkan buah naga. Akan tetapi, tanaman utama di kebun ini tetaplah tanaman Kopi Robusta.
Menurut penuturan beberapa warga Jollong, Kopi Robusta Jollong memiliki citarasa yang unik. Meskipun sama-sama dari jenis Robusta, kopi Robusta Jollong memiliki citarasa berbeda dari Kopi Robusta Banaran, misalnya. Mungkin perbedaan jenis tanah dan iklim mikro yang mempengaruhi perbedaan citarasa tersebut. Ada beberapa tulisan yang mengulik bahwa citarasa kopi dapat dipengaruhi oleh jenis tanah bahkan jenis tanaman yang ada di sekitarnya.

Tanaman kopi di Kebun Kopi Jollong (Doc. Penulis)

Selain tanaman kopi, jejak peninggalan Belanda di Kebun Jollong dapat dilihat dari beberapa bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri hingga kini. Bangunan pabrik pengolahan kopi yang dibangun oleh Belanda hingga sekarang masih berdiri dengan kokoh di Kebun Jollong. Bahkan, alat pengolahan kopi dan rumah peninggalan mereka hingga kini masih digunakan.

Agrowisata Jollong: Penyejuk mata, Penenang Hati
Jollong dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa dengan keindahan alam yang memikat. Bukit-bukit nan hijau bagai memeluk Jollong. Bahkan,birunya Laut Jawa nampak dari sana, membuat Jollong seperti di atas awan. Ditambah dengan hamparan kebun kopi seluas mata memandang, membuat Jollong seketika mampu memikat dan menawan hati siapa saja yang mengunjunginya.
Kebun Jollong kini tidak hanya fokus pada usaha budidaya kopi, akan tetapi mulai melebarkan sayap ke sektor pariwisata, yaitu dengan mendirikan agrowisata Jollong sejak tahun 2010. Agrowisata yang dikembangkan yaitu berupa Kebun Bukit Naga yang terletak di Afdeling Jollong, sedangkan di Afdeling Jurang jurang kita akan disuguhi dengan banyak fasilitas, seperti home stay, arena flying fox, outbound kids, spot selfie, kolam terapi ikan, kolam renang anak– anak, Warung Agro, Istana Balon, Kedai Mikojol, gardu pandang, Taman Bunga Garden Valley, warung lesehan “Mikojol”, serta wisata Kebun Bunga Krisan. Kedai dan lesehan Mikojol menyediakan minuman Kopi Jollong bagi pengunjung yang ingin merasakan nikmatnya minum Kopi Jollong langsung dari asalnya sambil menikmati keindahan Jollong. Fasilitas penunjang seperti toilet dan musholla serta tempat penjualan oleh-oleh juga sudah tersedia di agrowisata ini. Dengan segala fasilitas tersebut, pengunjung akan merasa nyaman saat berwisata di Agrowisata Jollong.

Kebun kopi jollong
Kebun Bunga Krisan di Agrowisata Jollong (Doc. Penulis)
Agrowisata Jollong dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 45 menit dari Kota Pati apabila menggunakan kecepatan standar. Untuk berwisata di Agrowisata Jollong, pengunjung cukup membayar tiket masuk dan untuk beberapa spot seperti terapi ikan, kolam renang anak, Kebun Bunga Krisan, Outbond kids, serta flying fox, pengunjung akan dikenai biaya tambahan. Namun, biaya tambahan untuk spot-spot tersebut masih cukup terjangkau.
Agrowisata Jollong kini mulai populer sebagai destinasi wisata keluarga di Kabupaten Pati. Bahkan, kepopuleran agrowisata Jollong sudah mulai merambah luar Pati. Agrowisata Jollong kini menantikan kehadiran anda dan siap menawan hati anda. Apakah anda tertarik untuk ke sana?

Referensi:
Kebun Jollong PT. Perkebunan Nusantara IX.
Najiyati, S. dan Danarti. 2004. Budidaya Kopi dan Pengolahan Pascapanen. Penebar Swadaya,      Jakarta.
Pengalaman Pribadi Penulis

0 komentar:

Posting Komentar