Tim KKN Inovasi Bantarwaru bersama Dosen Pembimbing Lapangan |
Salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah pengabdian masyarakat. Pengabdian masyarakat ini tidak hanya wajib dilakukan oleh dosen, namun juga wajib dilakukan oleh mahasiswa melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tahun 2019 lalu, tepatnya dari tanggal 18 Juli-21 Agustus 2019 Saya mengikuti kegiatan KKN. Jenis KKN yang Saya ikuti adalah KKN Tematik yang dilaksanakan di Desa Bantarwaru, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes bersama dengan 15 orang kawan Saya yang berasal dari program studi Agroteknologi (9 orang termasuk saya), Agribisnis (1 orang), Teknik Pertanian (2 orang), Budidaya Perairan (2 orang) dan Ilmu Hukum (2 orang). KKN ini merupakan bentuk kerjasama antara universitas dengan pemerintah Kabupaten Brebes sebagai upaya untuk memanfaatkan lahan kritis yang ada di desa tersebut sebagai kebun Mangga Garifta, yang nantinya akan dikembangkan sebagai destinasi wisata.
Lahan kritis yang dimanfaatkan sebagai kebun Mangga Garifta adalah lahan bengkok milik desa seluas 5 ha yang saat ini dikelola oleh 31 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani PLKSDA-BM Subur Maju. Lahan tersebut terletak di tepi Sungai Cipamali, namun karena berbentuk bukit lahan tidak dapat dialiri air dari sungai dengan cara manual, sehingga kondisi tanahnya sangat gersang ketika musim kemarau. Kondisi tersebut menyebabkan pengembangan Mangga Garifta menjadi terhambat. Selain itu, pemeliharaan yang kurang baik menyebabkan kondisi tanaman Mangga Garifta pada saat itu banyak yang kerdil bahkan mati, sehingga perlu adanya penerapan teknologi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada di Desa Bantarwaru dalam upaya pengembangan kebun Mangga Garifta, maka kami mengadakan beberapa program yang terdiri dari empat pilar utama, yaitu: Pengadaan Irigasi, Perbanyakan dan Pemeliharaan Tanaman Mangga, Pembuatan Layout dan Roadmap Agrowisata, serta Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani.
Pengadaan Irigasi
Pembuatan instalasi irigasi dari Sungai Cipamali ke lahan mangga |
Sejak dahulu, air adalah sumber kehidupan. Tidak ada kehidupan tanpa air. Dan Sungai Cipamali adalah sumber kehidupan bagi masyarakat Desa Bantarwaru dan sekitarnya. Bagi mereka, Sungai Cipamali adalah berkah yang teramat banyak. Tak terhitung rezeki dari Sungai Cipamali yang telah mereka kais. Ribuan liter air Sungai Cipamali telah mereka gunakan untuk mengairi kebun-kebun, berkilo-kilo ikan mujair telah mereka konsumsi, belum lagi berkubik-kubik pasir yang telah mereka gali dari dasar Sungai Cipamali. Bukankah Allah telah amat baik terhadap masyarakat di sekitar Sungai Cipamali? Namun, karena kondisi beberapa lahan yang lebih tinggi dari permukaan sungai, banyak lahan di sekitar sungai ini yang kondisinya kritis, salah satunya adalah lahan bengkok yang ditanami Mangga Garifta.
Pada saat pertama kali menginjakkan kaki di lahan kritis tersebut saya sempat terkagum, betapa air Sungai Cipamali masih tergolong banyak untuk ukuran musim kemarau. Namun, saya juga merasa miris karena tanah yang saya injak sangatlah keras, padahal terletak tepat di sisi sungai. Hanya beberapa lahan yang dialiri air menggunakan pompa diesel oleh petani penggarap yang terlihat basah. Sisanya sangat kering bahkan mungkin jika tanah tersebut dicangkul, mata cangkulnya akan terlepas.
Saya sempat bertanya kepada beberapa petani penggarap lahan bengkok mengapa lahan mereka tidak dialiri air dengan menggunakan pompa diesel. Jawaban mereka hampir sama "Saya tidak punya pompa diesel" atau "Harga sewanya lumayan mahal, Mba". Ternyata seperti itulah realitanya. Mungkin kondisi tersebut tidak hanya dialami oleh petani di sini, namun juga oleh petani-petani di daerah lain. Produksi diharapkan tinggi, namun saprodi tidak memadai.
Baiklah, mari kembali ke program KKN kami. Program utama dari pilar pengadaan irigasi adalah dengan membuat instalasi irigasi dari Sungai Cipamali hingga ke lahan mangga. Kami membuat instalasi irigasi dengan menggunakan pipa paralon yang menghubungkan empat toren air dan petak lahan mangga. Selain itu, kami juga berusaha menyedot air dari sungai menggunakan jetpump untuk menggantikan penggunaan pompa diesel, sekaligus membangun rumah pompa agar pompa tidak cepat rusak. Penggunaan jetpump diharapkan mampu menekan biaya untuk mengairi lahan mangga, sehingga di masa yang akan datang tidak ada lagi pohon mangga yang kerdil atau mati akibat kekeringan. Alhamdulillah, instalasi irigasi yang kami bangun sudah berhasil mengalirkan air ke empat toren yang ada dan bahkan sudah dapat mengalirkan air ke lahan mangga. Semoga Kelompok tani PLKSDA-BM Subur Maju sebagai penggarap lahan mangga dapat merawat instalasi irigasi tersebut dan memanfaatkannya dengan baik.
Perbanyakan dan Pemeliharaan Tanaman Mangga
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Desa Bantarwaru, ada satu pertanyaan yang mengganggu pikiran saya "Kenapa hampir setiap rumah di desa ini memiliki sedikitnya satu pohon mangga?". Dan pertanyaan tersebut akhirnya terjawab ketika Saya menanyakannya kepada dosen pembimbing lapangan kami. Beliau mengatakan bahwa desa ini memang cocok bagi pertumbuhan mangga karena iklimnya kering dan anginnya yang cukup baik untuk penyerbukan mangga. Saya juga bertanya kepada beliau "Kenapa mangga yang dikembangkan di lahan kritis adalah Mangga Garifta? Padahal mayoritas masyarakat desa menanam mangga jenis lain?". Jawaban beliau cukup jelas bagi Saya. Mangga Garifta memiliki keunikan tersendiri yang diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan. Mangga ini kulitnya berbeda dari mangga lain, ada yang kulitnya ungu, merah bahkan gading. Selain itu, Mangga Garifta juga memiliki aroma yang khas dan memiliki daya simpan yang cukup lama. Dan yang terpenting adalah bahwa mangga tersebut belum banyak yang membudidayakan, bahkan di Kabupaten Brebes sendiri baru Desa Bantarwaru yang mengembangkannya.
Pelatihan penyambungan Mangga Garifta |
Program utama dari pilar perbanyakan dan pemeliharaan mangga adalah pelatihan penyambungan mangga. Teknik penyambungan yang kami gunakan adalah teknik sambung samping yang memiliki kelebihan yaitu jika penyambungan gagal (batang atas mati), maka batang bawah masih dapat digunakan lagi. Batang bawah yang kami gunakan adalah bibit mangga hasil perbanyakan dengan biji yang dikirim pada hari awal KKN sebanyak 1200 bibit. Sementara itu, batang atas yang kami gunakan kami ambil dari tanaman mangga garifta yang sudah tumbuh di lahan kritis. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh anggota kelompok tani Subur Maju dan masyarakat umum, bahkan ada beberapa pemuda desa yang mengikuti pelatihan. Alhamdulillah, selama masa KKN kami beserta warga desa sudah berhasil menyambung sebanyak 600 bibit.
Pembuatan Layout dan Roadmap Agrowisata
Program dari pilar ini mengharuskan kami untuk membuat rancangan dari agrowisata yang kelak akan dibangun di atas lahan mangga garifta. Selain itu, kami juga telah membuat roadmap untuk pemeliharaan kebun mangga untuk beberapa tahun ke depan. Namun, sayang sekali layout dan roadmap tersebut tidak dapat kami bagikan di sini.
Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani
Sebelum pelaksanaan KKN, kami sudah diberitahu bahwa masih ada beberapa masalah dalam kelompok tani PLKSDA-BM Subur Maju yang menyebabkan keorganisasian kelompok tersebut belum kuat. Oleh karena itu, kami mengadakan kegiatan berupa sosialisasi penguatan kelembagaan kelompok tani sekaligus penyampaian pencapaian program KKN kami yang berkaitan dengan pengadaan irigasi. Kegiatan tersebut disambut antusiasme anggota kelompok tani, terbukti dengan jumlah kehadiran yang tinggi.
Anggota kelompok tani PLKSDA-BM Subur Maju yang hadir dalam kegiatan sosialisasi beserta Kepala Desa Bantarwaru
|
Mendekati akhir masa KKN, ternyata kami diminta oleh pihak desa untuk ,mengadakan sosialisasi keorganisasian yang sasarannya adalah pemuda desa. Hal tersebut dikarenakan organisasi pemuda di Desa Bantarwaru ternyata seperti mati suri. Oleh karena itu, pihak desa berharap kami dapat memberikan suntikan semangat terhadap pemuda Desa Bantarwaru agar mau menghidupkan kembali organisasi mereka. Dalam sosialisasi tersebut kami juga menyampaikan mengenai manajemen organisasi yang baik. Kegiatan tersebut dihadiri oleh puluhan pemuda desa yang menyembut kegiatan tersebut dengan antusiasme tinggi.
Peserta sosialisasi keorganisasian di Balai Desa Bantarwaru |
Meriahnya Perayaan HUT RI
Perayaan HUT RI di Desa Bantarwaru menurut Saya cukup meriah. Perayaan tersebut dimulai dengan diadakannya berbagai perlombaan sejak seminggu sebelum tanggal 17 Agustus. Lomba-lomba tersebut di antaranya adalah gerak jalan, balap egrang, lomba makan kerupuk, lomba menghias tumpeng, lomba karnaval pada tanggal 17 Agustus, dll. Lomba menghias tumpeng sendiri diadakan pada malam khusus bersamaan dengan acara tasyakuran. Saya cukup terkesan dengan perayaan HUT RI di desa ini, terutama karena kami diamanahi untuk menjadi juri gerak jalan, karnaval, bahkan juri menghias tumpeng. Antusisme warga untuk mengikuti perlombaan sangat tinggi, terutama untuk lomba menghias tumpeng dan gerak jalan. Saya sangat terkejut pada saat perlombaan tumpeng diadakan, karena aula balai desa hingga ke jalan di depan balai desa dipenuhi oleh warga yang penasaran dengan pemenang lomba.
Lomba memukul air di depan Balai Desa Bantarwaru |
Tumpengnya cantik ya, kak?
|
Gotong Royong Bersama Warga Desa
Tidak salah memang jika warga desa disebut masih "guyub" atau rukun dan suka tolong menolong. Hal itu Saya rasakan selama menjalani KKN selama 35 hari di Desa Bantarwaru. Kami sebagai orang yang jarang bekerja berat sangat kesulitan ketika harus membuat instalasi irigasi, membuat tempat pembibitan mangga dan memindahkan bibit mangga. Bersyukur kami mendapat bantuan dari warga desa saat mengerjakan kegiatan-kegiatan tersebut.
Pada hari ke dua atau ke tiga pelaksanaan KKN, kami membuat tempat pembibitan mangga. Saat itu kami harus memasang tiang bambu dan memasang paranet. Mungkin, jika tidak dibantu oleh warga desa, kami tidak akan mampu menyelesaikan tempat pembibitan tersebut dalam satu hari.
Pembuatan tempat pembibitan Mangga Garifta |
Malam hari ketika bibit mangga kami dikirim dari Jawa Barat, kami harus menurunkan bibit tersebut pada saat itu juga. Dan warga yang mengetahui hal tersebut bergegas membantu kami. Ketika itu Saya berpikir, "Apa yang akan terjadi jika hanya kami berenam belas yang menurunkan 1200 bibit dari truk ke pembibitan?". Sungguh. hingga hari ini saya masih terharu dengan bantuan yang telah diberikan oleh warga desa.
Pemindahan bibit mangga calon batang bawah |
Bantuan warga yang teramat besar kami rasakan ketika kami harus membuat instalasi irigasi dan membangun rumah pompa. Kami sebelumnya tidak pernah membuat instalasi irigasi, apalagi membangun rumah pompa. Saat itu, kami semua sebenarnya khawatir jika kami tidak akan berhasil. Namun, berkat bantuan beberapa anggota kelompok tani Subur Maju, kami dapat menyelesaikan keduanya. Kami dan anggota kelompok tani berbagi tugas. Mahasiswa laki-laki bertugas membuat adukan dan memasang paralon, mahasiswa perempuan membantu membawakan minum dan membawa adukan, sedangkan anggota kelompok tani bertugas membuat rumah pompa dan membantu memasang paralon.
Pembuatan instalasi irigasi |
Pada saat kami KKN, kebetulan ada salah satu RT yang sedang membangun sebuah musholla, sehingga kami diundang untuk ikut gotong royong membangun Musholla bersama warga.
Gotong royong membangun musholla
|
Selama KKN di Desa Bantarwaru, kami sekalipun tidak pernah kekurangan makanan. Setiap kami berkunjung ke rumah warga, kami selalu disuguhi teh bahkan camilan. Terkadang, saat kami mengerjakan program kerja irigasi di kebun mangga kami sering disuguhi pisang. Kadangkala kami disuruh untuk mencabut singkong atau memetik jagung untuk kemudian kami bakar atau kami bawa ke posko KKN. Desa ini juga terkenal dengan rempeyeknya. Salah seorang warga yang kebetulan berjualan rempeyek bahkan seringkali memberi kami rempeyek. Warga desa memang relatif baik dan kami bersyukur pernah menjadi bagian dari kebaikan warga desa Bantarwaru.
Mau jagung bakar, kak? |
Sayonara
Senyaman-nyamannya kami tinggal di Desa Bantarwaru, toh pada akhirnya kami harus kembali pulang. Tepat pada hari ke-35 kami KKN, kami berpamitan dengan warga desa. Sejak pagi hari kami berkeliling ke warga Dukuh Bantarwaru, dukuh yang kami tinggali. Banyak warga yang menahan isak tangis saat kami berpamitan dan beberapa dari kami juga tak henti-henti menangis. Kepergian kami saat itu diiringi oleh kalimat, "Jangan lupakan kami. Kalau ada waktu main lagi ke sini".
Bagaimana kami akan lupa? Padahal kami disambut baik oleh bapak, ibu, kakak dan adik di Bantarwaru? Kami tidak lupa dan jika kami rindu, kami akan kembali ke Bantarwaru.
Desa Bantarwaru
Dari pengalaman pribadi penulis.
Ditulis di Purwokerto, 1 Februari 2020.
0 komentar:
Posting Komentar