Jumat, 05 Juni 2020

Perempuan dan Standar Kecantikan

Desa bantarwaru


Beberapa hari yang lalu Saya dan seorang teman sedang berdiskusi di sebuah rumah makan. Kami berdiskusi tentang banyak hal, mulai dari organisasi kampus, politik, hingga tren pakaian masa kini. Sudah biasa bukan, jika kaum perempuan berkumpul maka mereka akan mendiskusikan banyak hal, dari hal penting sampai yang tidak penting sama sekali. Seperti yang kami berdua lakukan hari itu.

Sudah hampir 45 menit kami duduk di depan meja nomer 5 rumah makan yang kami kunjungi, padahal kami hanya butuh waktu 15 menit untuk menunggu makanan pesanan kami datang dan menghabiskannya. Mau tidak mau dalam hati Saya berterimakasih kepada pemilik rumah makan karena mengizinkan kami tetap duduk dan berdiskusi asyik tanpa dipungut biaya, ditambah bisa mengakses Wi-Fi gratis. Sungguh suatu kenikmatan yang luar biasa bagi kami para mahasiswa yang butuh melepaskan penat karena tumpukan tugas.

Saat kami berdua sedang asyik membahas tren motif pakaian yang sedang banyak digemari, teman saya menunjuk dengan gerakan kepala ke arah pintu. Saya paham apa yang dia tunjuk, karena beberapa orang di sekitar kami melakukan hal yang sama. Di ambang pintu seorang gadis cantik sedang berdiri menunggu kawannya yang masih memarkirkan sepeda motor. Gadis itu tinggi dengan postur tubuh ideal, kulit putih bersih, mata jelita dan hidung mancung. Siapa yang akan mengatakan bahwa gadis itu tidak cantik? Bahkan kami para perempuan pun terpesona dengan penampilan fisiknya.

Masih asyik memandangi gadis itu, tiba-tiba teman saya berkata, "Cantik sekali ya gadis itu. Dia bahkan memakai pakaian dengan warna bertabrakan, tapi aura cantiknya tidak pudar. Coba saja kalau Aku yang memakai. Hufft". Saya menjawab sambil tersenyum, "Kamu juga cantik kok", meskipun dalam hati menyetujui pendapatnya.

Sepertinya memang sejak lama kecantikan perempuan memiliki beberapa kriteria standar, seperti tubuh ideal, kulit putih/kuning, mata jelita, hidung mancung atau bibir penuh dan merona. Bergembiralah perempuan-perempuan yang dianugerahi Tuhan dengan fisik seperti itu. Mereka berhak menyandang gelar cantik yang diberikan oleh masyarakat. Sementara perempuan yang tidak memilikinya kerap mendapat komentar, "Kok kulit kamu gelap yah" "Dasar pesek" "Kamu kok gendut" dan komentar lainnya yang mungkin tidak sekasar ini atau bahkan lebih kasar lagi.

Perempuan yang tidak memenuhi standar kecantikan umum banyak yang merasa tidak percaya diri, sehingga sering merasa rendah diri, apalagi saat mereka hendak melamar pekerjaan dimana salah satu persyaratannya adalah  "berpenampilan menarik". Banyak juga akhirnya perempuan yang merasa iri dengan mereka yang dianggap cantik dengan mengatakan "Dia kan cantik pantas saja...". Saudaraku, mereka yang dianggap cantik sama sekali tidak bersalah dalam hal ini karena fisiknya adalah anugerah Tuhan. Justru kitalah yang bersalah karena telah menciptakan kriteria kecantikan itu dan terlalu berpatokan padanya.

Jika kita mau lebih jujur, sebenarnya setiap perempuan cantik dalam versinya masing-masing. Bukankah Tuhan juga sudah berfirman bahwa manusia diciptakan dalam rupa yang sebaik-baiknya? Perempuan juga manusia, bukan? Manusia diciptakan dengan rupa yang berbeda-beda karena setiap individu istimewa, termasuk kamu perempuan yang dianggap tidak cantik. Setiap perempuan harus lebih mencintai dirinya sendiri, karena kita  berhak merasa bahagia tanpa mendengar suara-suara sumbang tentang fisik kita. Yang lebih penting untuk kita pikirkan adalah bagaimana membuat diri kita lebih baik lagi dengan hati yang elok, skill mumpuni dan otak yang berkelas, karena disitulah letak kualitas kita. Jadi mari perbanyak belajar dan memperelok hati kita !

Eiits jangan lupa, perempuan keren adalah mereka yang menaati perintah Tuhannya dan menjauhi larangan-Nya.

1 komentar: