Jumat, 05 Juni 2020

Perempuan dan Standar Kecantikan

Desa bantarwaru


Beberapa hari yang lalu Saya dan seorang teman sedang berdiskusi di sebuah rumah makan. Kami berdiskusi tentang banyak hal, mulai dari organisasi kampus, politik, hingga tren pakaian masa kini. Sudah biasa bukan, jika kaum perempuan berkumpul maka mereka akan mendiskusikan banyak hal, dari hal penting sampai yang tidak penting sama sekali. Seperti yang kami berdua lakukan hari itu.

Sudah hampir 45 menit kami duduk di depan meja nomer 5 rumah makan yang kami kunjungi, padahal kami hanya butuh waktu 15 menit untuk menunggu makanan pesanan kami datang dan menghabiskannya. Mau tidak mau dalam hati Saya berterimakasih kepada pemilik rumah makan karena mengizinkan kami tetap duduk dan berdiskusi asyik tanpa dipungut biaya, ditambah bisa mengakses Wi-Fi gratis. Sungguh suatu kenikmatan yang luar biasa bagi kami para mahasiswa yang butuh melepaskan penat karena tumpukan tugas.

Saat kami berdua sedang asyik membahas tren motif pakaian yang sedang banyak digemari, teman saya menunjuk dengan gerakan kepala ke arah pintu. Saya paham apa yang dia tunjuk, karena beberapa orang di sekitar kami melakukan hal yang sama. Di ambang pintu seorang gadis cantik sedang berdiri menunggu kawannya yang masih memarkirkan sepeda motor. Gadis itu tinggi dengan postur tubuh ideal, kulit putih bersih, mata jelita dan hidung mancung. Siapa yang akan mengatakan bahwa gadis itu tidak cantik? Bahkan kami para perempuan pun terpesona dengan penampilan fisiknya.

Masih asyik memandangi gadis itu, tiba-tiba teman saya berkata, "Cantik sekali ya gadis itu. Dia bahkan memakai pakaian dengan warna bertabrakan, tapi aura cantiknya tidak pudar. Coba saja kalau Aku yang memakai. Hufft". Saya menjawab sambil tersenyum, "Kamu juga cantik kok", meskipun dalam hati menyetujui pendapatnya.

Sepertinya memang sejak lama kecantikan perempuan memiliki beberapa kriteria standar, seperti tubuh ideal, kulit putih/kuning, mata jelita, hidung mancung atau bibir penuh dan merona. Bergembiralah perempuan-perempuan yang dianugerahi Tuhan dengan fisik seperti itu. Mereka berhak menyandang gelar cantik yang diberikan oleh masyarakat. Sementara perempuan yang tidak memilikinya kerap mendapat komentar, "Kok kulit kamu gelap yah" "Dasar pesek" "Kamu kok gendut" dan komentar lainnya yang mungkin tidak sekasar ini atau bahkan lebih kasar lagi.

Perempuan yang tidak memenuhi standar kecantikan umum banyak yang merasa tidak percaya diri, sehingga sering merasa rendah diri, apalagi saat mereka hendak melamar pekerjaan dimana salah satu persyaratannya adalah  "berpenampilan menarik". Banyak juga akhirnya perempuan yang merasa iri dengan mereka yang dianggap cantik dengan mengatakan "Dia kan cantik pantas saja...". Saudaraku, mereka yang dianggap cantik sama sekali tidak bersalah dalam hal ini karena fisiknya adalah anugerah Tuhan. Justru kitalah yang bersalah karena telah menciptakan kriteria kecantikan itu dan terlalu berpatokan padanya.

Jika kita mau lebih jujur, sebenarnya setiap perempuan cantik dalam versinya masing-masing. Bukankah Tuhan juga sudah berfirman bahwa manusia diciptakan dalam rupa yang sebaik-baiknya? Perempuan juga manusia, bukan? Manusia diciptakan dengan rupa yang berbeda-beda karena setiap individu istimewa, termasuk kamu perempuan yang dianggap tidak cantik. Setiap perempuan harus lebih mencintai dirinya sendiri, karena kita  berhak merasa bahagia tanpa mendengar suara-suara sumbang tentang fisik kita. Yang lebih penting untuk kita pikirkan adalah bagaimana membuat diri kita lebih baik lagi dengan hati yang elok, skill mumpuni dan otak yang berkelas, karena disitulah letak kualitas kita. Jadi mari perbanyak belajar dan memperelok hati kita !

Eiits jangan lupa, perempuan keren adalah mereka yang menaati perintah Tuhannya dan menjauhi larangan-Nya.
Continue reading Perempuan dan Standar Kecantikan

Sabtu, 07 Maret 2020

Teknik Sambung Samping Tanaman Mangga untuk Mendapatkan BIbit Unggul




Sambung Samping mangga
Sambung samping mangga

Secara umum, tanaman dapat diperbanyak dengan dua cara, yaitu cara generatif dan cara vegetatif. Perbanyakan tanaman mangga menggunakan cara generatif dilakukan dengan menanam biji mangga (pelok). Namun, umumnya tanaman mangga yang diperbanyak dengan cara ini akan menghasilkan buah yang kualitasnya tidak sebaik induknya. Oleh karena itu, para petani mangga umumnya memilih cara perbanyakan mangga secara vegetatif. Cara ini dipandang efektif untuk menghasilkan tanaman yang mampu menghasilkan buah dengan kualitas yang sama dengan induknya. 
Teknik perbanyakan vegetatif mangga yang lazim digunakan oleh petani adalah teknik sambung pucuk, namun cara ini terkadang kurang efektif karena apabila penyambungan gagal, maka tanaman yang dijadikan batang bawah tidak dapat digunakan lagi. Oleh karena itu, alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan teknik sambung samping. Kelebihan teknik ini yaitu apabila penyambungan gagal, atau entres membusuk, tanaman pokok atau batang bawah tidak mati dan dapat digunakan untuk menyambung lagi.
Secara umum, proses penyambungan bibit mangga secara vegetatif, yaitu:
  1. Ambil batang yang akan dijadikan entres. Entres atau calon batang atas adalah batang yang diambil dari tanaman mangga yang kualitasnya baik.
  2. Potong daun pada entres.
  3. Potong daun pada tanaman yang akan dijadikan batang bawah yang sekiranya akan mengganggu proses penyambungan. Batang bawah adalah bibit mangga yang ditanam dari biji mangga.
  4. Buat sayatan kecil pada batang bawah mangga.
  5. Potong bagian bawah entres dengan arah miring.
  6. Sambungkan entres dengan batang bawah dengan cara menempelkan entres pada bagian batang bawah yang sudah disayat. 
  7. Ikat sambungan dengan tali plastik. 
Nah, untuk lebih jelasnya, silahkan tonton video di bawah ini !!



Continue reading Teknik Sambung Samping Tanaman Mangga untuk Mendapatkan BIbit Unggul

Sabtu, 29 Februari 2020

Main ke Purwokerto, Jangan Lupa Mampir ke Museum Jenderal Soedirman Ya !

Wisata Purwokerto
Museum Jenderal Soedirman Purwokerto
"Belajarlah sejarah, karena Ia akan mengajarimu banyak hal yang tidak seharusnya Engkau ulangi"
Wisata Purwokerto
Museum Jenderal Soedirman Tampak dari Depan
Pagi-pagi ke Toko Cipto
Tidak lupa beli roti gandum 
Kalau tuan ke Purwokerto
Jangan lupa mampir ke museum

Melalui pantun di atas, Saya ingin mengajak pembaca untuk sekadar singgah di sebuah museum yang terletak tidak terlalu jauh dari pusat Kota Purwokerto. Namanya Museum Jenderal Soedirman atau dikenal juga dengan nama Taman Hiburan Rakyat (THR) Jenderal Soedirman. Museum ini terletak di tepi Sungai Logawa, Karanglewas, kurang lebih tiga kilometer dari pusat Kota Purwokerto dan terletak di tepi jalan utama Jakarta-Purwokerto.
Bagian dalam Lantai Satu Museum Jenderal Soedirman
Museum Jenderal Soedirman Purwokerto memiliki dua lantai pada bangunan utama. Lantai pertama berisi tentang sejarah perjuangan Jenderal Soedirman yang ditampilkan melalui gambar dan diorama. Di lantai ini juga terdapat buku biografi Sang Panglima Besar dan duplikat tandu yang membawa Jenderal Soedirman saat bergerilya. Sementara itu, pada lantai dua museum terdapat patung Jenderal Soedirman yang sedang menunggang kuda. Pada penyangga patung yang berbentuk kubus terdapat relief yang menggambarkan perjuangan Bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan pada keempat sisinya. Bagian belakang museum dihiasi sebuah monumen yang di atasnya terdapat lambang negara.

Wisata Purwokerto
Salah Satu relief di Museum Jenderal Soedirman
Fasilitas Museum
Museum Jenderal Soedirman Purwokerto memang belum terlalu lama berdiri. Namun, fasilitas yang ada di sini menurut Saya sudah cukup lengkap. Area museum sudah dilengkapi dengan tempat parkir, musholla dan toilet, serta tempat sampah yang tersebar di beberapa titik. Selain itu, museum ini juga dilengkapi dengan taman dan area bermain anak. Pengunjung dapat bersantai di taman sambil duduk di bangku taman atau duduk di atas ayunan. Bagi pengunjung yang membawa anak-anak, jangan khawatir karena terdapat juga ayunan untuk anak-anak. Pengunjung museum yang tidak sempat membawa bekal dari rumah juga tidak perlu khawatir karena di area museum terdapat warung yang menjual beberapa makanan dan minuman.

Wisata Purwokerto
Wahana Bermain Anak-anak
Tiket Masuk 
Pengunjung Museum Jenderal Soedirman hanya perlu membayar tiket masuk dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu Rp. 3.000 per orang. Murah meriah, kan?

Sayang Seribu Sayang, Museum Masih Sepi Pengunjung
Saya berkesempatan untuk mengunjungi museum ini pada hari Sabtu, 29 Februari 2020. Pada saat Saya memasuki bangunan museum Saya berharap akan bertemu banyak pengunjung. Namun sayangnya, tidak ada pengunjung lain selain Saya dan seorang teman. Padahal, museum ini menyimpan sejarah seorang tokoh besar yang namanya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Purwokerto. Pengunjung yang masih sedikit mungkin menjadi penyebab beberapa wahana khusus anak seperti odong-odong dan kereta mini harus rela dibiarkan begitu saja. Padahal, biasanya wahana anak di tempat wisata lain begitu diminati pengunjung anak-anak.

Wsata Purwokerto
Bangunan Mangkrak di Pojok Museum Jenderal Soedirman
Promosi Wisata yang Lebih Masif 
Menurut Saya, pemerintah Kabupaten Banyumas melalui dinas terkait perlu mengadakan promosi Museum Jenderal Soedirman secara lebih masif. Promosi dapat dilakukan melalui media sosial maupun media lainnya. Sebagai pendukung upaya promosi, pemerintah Kabupaten Banyumas juga perlu membenahi kondisi museum agar lebih baik lagi, terutama dengan menyelesaikan sebuah bangunan yang belum selesai dan sekarang mangkrak begitu saja.

Dari Saya...
Kalau pembaca kebetulan adalah masyarakat Banyumas, mari secara bersama-sama belajar lebih dalam tentang Jenderal Soedirman dengan mengunjungi Museum Jenderal Soedirman. Nah, kalau pembaca kebetulan sedang berkunjung ke Purwokerto, jangan lupa untuk mampir ke museum ini, ya.

Wisata Purwokerto

Eiits jangan lupa...di larang bermesraan, ya ! 

Ditulis Oleh Prihatini Puji Lestari
Continue reading Main ke Purwokerto, Jangan Lupa Mampir ke Museum Jenderal Soedirman Ya !

Rabu, 19 Februari 2020

Perempuan Tangguh di Kebun Teh Kaligua

Kaligua
Perkebunan Teh Kaligua
Sekitar setengah tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 3 Agustus 2019 Saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu wisata agro yang ada di Lereng Gunung Slamet, yaitu Wisata Agro Kaligua. Kunjungan tersebut Saya lakukan bersama tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Inovasi Desa Bantarwaru periode Juli-Agustus tahun 2019. Kami yang sedang melaksanakan KKN di Desa Bantarwaru "kebetulan" diajak oleh ibu-ibu lansia di desa tersebut untuk berwisata ke Wisata Agro Kaligua. Ajakan tersebut langsung kami setujui lantaran kami sebagai mahasiswa yang sedang KKN ingin lebih dekat dengan masyarakat,  sekaligus sebagai sarana untuk "refreshing" sejenak. 
Kami berangkat dari Desa Bantarwaru menggunakan sepeda motor hingga ke Bumiayu, lalu dilanjutkan dengan menggunakan mobil bak terbuka hingga ke Kaligua. Sepanjang perjalanan dari Bumiayu ke Kaligua hembusan angin tak henti-hentinya menerpa kami.
Ketika kami sudah memasuki Desa Pandansari, yaitu desa tempat Wisata Agro Kaligua berada, kami disambut oleh hamparan kebun teh yang menghijau menyejukkan mata. Kami juga disambut kebun-kebun sayur yang membentang di kanan-kiri kami, bahkan hingga ke tempat-tempat yang lahannya cukup miring. Namun, ada satu hal yang sebetulnya mengganggu pikiran Saya. Menurut pandangan pribadi saya, lahan-lahan yang terlalu miring di sekitar Desa Pandansari tidak selayaknya ditanami sayuran, karena dapat menyebabkan erosi. Erosi yang berkepanjangan tentu saja nantinya akan merusak kesuburan tanah di masa mendatang.
Kami akhirnya kami sampai di Wisata Agro Kaligua setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam dari Bantarwaru. Setelah membayar tiket masuk, kami memasuki kawasan wisata agro. Hawa Sejuk perkebunan teh langsung menyambut kami.
Kami bertemu dengan ibu-ibu lansia Bantarwaru begitu kami memasuki kawasan wisata agro.  Setelah berbincang-bincang dengan ibu-ibu lansia dan berolahraga bersama di dekat pintu masuk Wisata Agro, kami melanjutkan perjalanan ke Gua Jepang yang masih terletak di kawasan wisata agro. Kami harus berjalan kaki sekitar 10-15 menit untuk sampai ke Gua Jepang. Sebenarnya ada sarana angkutan yang dapat membawa kami ke Gua Jepang, namun kami memilih untuk berjalan kaki.
Sesampainya di kawasan Gua Jepang, Saya malah lebih tertarik dengan para pemetik teh yang kebetulan pada saat itu masih memetik teh di kanan kiri pintu masuk gua. Oleh karena itu, saya memilih berjalan ke atas bukit untuk melihat dari jarak dekat proses penetikan teh. Setelah saya sampai di atas bukit, ternyata semua pemetik yang saya lihat adalah kaum hawa.

KKN Bantarwaru
Perempuan Pemetik Teh
Mereka membawa keranjang besar di punggung untuk menampung pucuk-pucuk teh, sedangkan tangannya menggenggam alat pemetik teh.
Saya sempat berbincang sedikit dengan salah satu pemetik teh dan bertanya berapa kilogram teh yang bisa mereka petik. "50 kilogram per hari mba, biasanya", begitu jawaban salah satu pemetik teh. Lima puluh kilogram bukanlah angka yang sedikit, bahkan bagi seorang laki-laki. Lantas Saya berpikir, mengapa ibu-ibu ini rela memetik teh hingga puluhan kilo dengan mengitari bukit-bukit terjal dan beresiko terpeleset kapanpun. "Saya rela bekerja banting tulang demi anak-anak saya, mba. Biar mereka bisa sekolah, bisa jajan", jawab salah satu dari mereka ketika hal tersebut saya tanyakan.
Mendengar jawaban perempuan pemetik teh, hati saya lantas terenyuh. Betapa seorang perempuan dapat bekerja begitu keras demi seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya, yaitu anak-anaknya. Mereka, para perempuan itu bahkan harus bekerja selama 7 jam dari pukul setengah tujuh pagi.

KKN Bantarwaru
Naik-turun bukit untuk memetik teh
Perempuan-perempuan pemetik teh tersebut mengajarkan kepada Saya arti seorang anak bagi seorang ibu. Anak bagi mereka adalah permata hati, belahan jiwa, orang terkasih yang membuat mereka rela melakukan apapun. Demi anak, seorang ibu bahkan rela berhutang jika tak ada sebutir nasipun tersisa di dapurnya.
Perempuan-perempuan pemetik teh tersebut juga mengajarkan kepada Saya arti seorang Ibu bagi seorang anak. Seorang Ibu adalah ratu, yang tak boleh sedikitpun disakiti hatinya maupun fisiknya. Fisiknya sudah terlalu sakit, bahkan sejak anaknya masih di dalam kandungannya. Ia harus menahan beban di dalam perutnya, yaitu calon anaknya. Lalu, ketika Ia melahirkan, maka fisiknya juga sakit. Hatinya juga sudah terlalu banyak tersakiti. Ketika anaknya sakit, hatinya ikut sakit. Ketika anaknya terluka, maka hatinyapun terluka. Ibu, sudah selayaknya memang diperlakukan bagai seorang ratu bagi anak-anaknya.
Terima kasih ibu-ibu pemetik teh. Sehat selalu, ibu.

Purwokerto, 19 Februari 2020
Continue reading Perempuan Tangguh di Kebun Teh Kaligua

Senin, 03 Februari 2020

Nonton Pro Liga 2020 di Purwokerto, Live!

Pro Liga 2020
Pertandingan Pro Liga di GOR Satria Purwokerto
Awal tahun 2020 ini Kota Purwokerto mendapat kesempatan untuk menggelar acara bergengsi nasional, yaitu Pro Liga 2020. Liga bola voli profesional tingkat nasional ini diselenggarakan di GOR Satria Purwokerto dari hari Jum'at, 31 Januari sampai hari Minggu, 2 Februari. Acara ini sendiri sudah dinanti-nantikan oleh warga Purwokerto dan sekitarnya sejak diumumkannya acara tersebut pada akhir tahun 2019 lalu. Tak heran jika antusiasme warga untuk menonton Pro Liga secara langsung di GOR Satria begitu tinggi, terbukti dengan tiket yang terjual ludes dari hari pertama hingga hari ke tiga penyelenggaraan Pro Liga.
Saya pribadi sudah menunggu diselenggarakannya Pro Liga di Purwokerto sejak tahun 2019, dan bersama teman Saya berencana untuk menonton secara langsung. Pertandingan yang paling kami tunggu adalah pertandingan antara Jakarta BNI46 vs Surabaya Bhayangkara Samator di sektor putra dan Jakarta Pertamina Energi vs Bandung BJB Tandamata di sektor putri yang diselenggarakan di hari terakhir. Kedua pertandingan tersebut sangat ditunggu para pecinta bola voli karena bertabur bintang tim nasional bola voli seperti Sigit Ardian, Doni Haryono, Rivan Nurmulki, Tri Retno Mutiara, Wilda Nur Fadhilah, dan lainnya. Oleh sebab itu, Saya dan teman Saya akhirnya memutuskan untuk menonton di hari terakhir.

Tiket Habis, Ratusan Penonton Menahan Kecewa
Berdasarkan informasi dari penjual tiket, penjualan tiket untuk pertandingan terakhir dibuka mulai pukul 14.00 WIB, sehingga Saya dan teman Saya memutuskan untuk berangkat ke GOR Satria pada pukul 13.30 WIB. Kami berdua berjalan kaki dari daerah Karangwangkal yang berjarak sekitar 1,5 km dari GOR Satria. Kami menyimpan optimisme bahwa kami masih dapat memperoleh tiket, baik reguler maupun VIP. Namun, pada kenyataannya pada saat kami sampai di depan loket penjualan tiket tulisan "Sold Out" terpampang di layar besar. Kami berdua menahan kecewa sekaligus sedih karena harapan kami berdua sejak tahun 2019 harus pupus. Sebenarnya, bukan hanya kami berdua saja yang kecewa, ratusan atau bahkan mungkin ribuan calon penonton lain bernasib sama dengan kami berdua. Oleh karena itu, kami terpaksa harus berpuas diri menonton melalui layar yang terpasang di luar arena pertandingan.

Penonton yang tidak mendapatkan tiket ProLiga di GOR Satria
Sebuah Keajaiban, Kami Akhirnya Nonton Live!
Sebuah kebetulan ketika Saya dan teman Saya sedang kebingungan karena tidak memperoleh tiket, kami berdua bertemu dengan salah satu teman kuliah kami, sehingga kami bertiga memutuskan untuk menonton bersama. Pada awalnya, kami hanya akan menonton di layar sampai waktu maghrib saja. Namun, sebuah keajaiban ketika ada 3 lembar tiket yang diberikan kepada kami secara cuma-cuma menjelang sholat maghrib. Akhirnya, kami bertiga dapat menonton pertadingan secara live di dalam stadion! Yah, meskipun pada waktu itu pertandingan antara Jakarta BNI46 vs Surabaya Bhayangkara Samator sudah selesai, namun kami bersyukur masih dapat menonton pertandingan berikutnya.

Jakarta Pertamina Energi (JPE) vs Bandung BJB Tandamata
Kami bertiga memutuskan untuk masuk ke dalam stadion selepas sholat maghrib. Ketika kami masuk ke dalam stadion, pertandingan antara JPE vs BJB sudah memasuki pertengahan set pertama. Namun, usaha kami untuk sampai ke tribun penonton bukanlah hal yang mudah karena kami harus berjubelan dengan penonton lain yang akan turun maupun akan naik, meskipun pada akhirnya kami dapat duduk dengan nyaman dan menyaksikan serunya pertandingan antara JPE vs BJB. Saya yang sudah sejak lama mengidolakan JPE sangat antusis mengikuti pertandingan dan ikut berteriak setiap pemain JPE mencetak poin. Akhirnya, JPE dapat memenangkan pertandingan di malam itu dengan skor telak 3-0 atas BJB.


Kami masih menonton pertandingan terakhir antara JPE Putra vs Jakarta Garuda hingga set pertama. Namun, karena jam sudah menunjukkan pukul 21. 30 WIB, kami memutuskan untuk pulang.

Antusiasme Penonton vs Tumpukan Sampah
Ada satu hal yang menurut Saya kurang baik pada penyelenggaraan Pro Liga kemarin. Ribuan warga yang berkumpul di GOR Satria sepertinya masih banyak yang belum peduli dengan kebersihan lingkungan, terbukti dengan banyaknya sampah yang berserakan mulai dari bagian luar GOR hingga ke dalam GOR. Hal tersebut menjadikan pemandangan GOR Satria layaknya tumpukan sampah. Saya berharap jika nantinya ada acara besar yang diselenggarakan di GOR Satria lagi, masyarakat lebih bisa menjaga kebersihan dan dari pihak penyelenggara diharapkan menyediakan tempat sampah yang banyak. 

Proliga-2020
Tumpukan sampah di GOR Satria

Purwokerto, 3 Februari 2020 ditemani rerintik hujan :) 
Continue reading Nonton Pro Liga 2020 di Purwokerto, Live!

35 Hari di Desa Bantarwaru (KKN Inovasi Unsoed Desa Bantarwaru 2019)

Desa bantarwaru
Tim KKN Inovasi Bantarwaru bersama Dosen Pembimbing Lapangan
Salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah pengabdian masyarakat. Pengabdian masyarakat ini tidak hanya wajib dilakukan oleh dosen, namun juga wajib dilakukan oleh mahasiswa melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tahun 2019 lalu, tepatnya dari tanggal 18 Juli-21 Agustus 2019 Saya mengikuti kegiatan KKN. Jenis KKN yang Saya ikuti adalah KKN Tematik yang dilaksanakan di Desa Bantarwaru, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes bersama dengan 15 orang kawan Saya yang berasal dari program studi Agroteknologi (9 orang termasuk saya), Agribisnis (1 orang), Teknik Pertanian (2 orang), Budidaya Perairan (2 orang) dan Ilmu Hukum (2 orang). KKN ini merupakan bentuk kerjasama antara universitas dengan pemerintah Kabupaten Brebes sebagai upaya untuk memanfaatkan lahan kritis yang ada di desa tersebut sebagai kebun Mangga Garifta, yang nantinya akan dikembangkan sebagai destinasi wisata.
Lahan kritis yang dimanfaatkan sebagai kebun Mangga Garifta adalah lahan bengkok milik desa seluas 5 ha yang saat ini dikelola oleh 31 petani yang tergabung dalam Kelompok Tani PLKSDA-BM Subur Maju. Lahan tersebut terletak di tepi Sungai Cipamali, namun karena berbentuk bukit lahan tidak dapat dialiri air dari sungai dengan cara manual, sehingga kondisi tanahnya sangat gersang ketika musim kemarau. Kondisi tersebut menyebabkan pengembangan Mangga Garifta menjadi terhambat. Selain itu, pemeliharaan yang kurang baik menyebabkan kondisi tanaman Mangga Garifta pada saat itu banyak yang kerdil bahkan mati, sehingga perlu adanya penerapan teknologi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada di Desa Bantarwaru dalam upaya pengembangan kebun Mangga Garifta, maka kami mengadakan beberapa program yang terdiri dari empat pilar utama, yaitu: Pengadaan Irigasi, Perbanyakan dan Pemeliharaan Tanaman Mangga, Pembuatan Layout dan Roadmap Agrowisata, serta Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani.

Pengadaan Irigasi

Desa bantarwaru
Pembuatan instalasi irigasi dari Sungai Cipamali ke lahan mangga
Sejak dahulu, air adalah sumber kehidupan. Tidak ada kehidupan tanpa air. Dan Sungai Cipamali adalah sumber kehidupan bagi masyarakat Desa Bantarwaru dan sekitarnya. Bagi mereka, Sungai Cipamali adalah berkah yang teramat banyak. Tak terhitung rezeki dari Sungai Cipamali yang telah mereka kais. Ribuan liter air Sungai Cipamali telah mereka gunakan untuk mengairi kebun-kebun, berkilo-kilo ikan mujair telah mereka konsumsi, belum lagi berkubik-kubik pasir yang telah mereka gali dari dasar Sungai Cipamali. Bukankah Allah telah amat baik terhadap masyarakat di sekitar Sungai Cipamali? Namun, karena kondisi beberapa lahan yang lebih tinggi dari permukaan sungai, banyak lahan di sekitar sungai ini yang kondisinya kritis, salah satunya adalah lahan bengkok yang ditanami Mangga Garifta.
Pada saat pertama kali menginjakkan kaki di lahan kritis tersebut saya sempat terkagum, betapa air  Sungai Cipamali masih tergolong banyak untuk ukuran musim kemarau. Namun, saya juga merasa miris karena tanah yang saya injak sangatlah keras, padahal terletak tepat di sisi sungai. Hanya beberapa lahan yang dialiri air menggunakan pompa diesel oleh petani penggarap yang terlihat basah. Sisanya sangat kering bahkan mungkin jika tanah tersebut dicangkul, mata cangkulnya akan terlepas.
Saya sempat bertanya kepada beberapa petani penggarap lahan bengkok mengapa lahan mereka tidak dialiri air dengan menggunakan pompa diesel. Jawaban mereka hampir sama "Saya tidak punya pompa diesel" atau "Harga sewanya lumayan mahal, Mba". Ternyata seperti itulah realitanya. Mungkin kondisi tersebut tidak hanya dialami oleh petani di sini, namun juga oleh petani-petani di daerah lain. Produksi diharapkan tinggi, namun saprodi tidak memadai.
Baiklah, mari kembali ke program KKN kami. Program utama dari pilar pengadaan irigasi adalah dengan membuat instalasi irigasi dari Sungai Cipamali hingga ke lahan mangga. Kami membuat instalasi irigasi dengan menggunakan pipa paralon yang menghubungkan empat toren air dan petak lahan mangga. Selain itu, kami juga berusaha menyedot air dari sungai menggunakan jetpump untuk menggantikan penggunaan pompa diesel, sekaligus membangun rumah pompa agar pompa tidak cepat rusak. Penggunaan jetpump diharapkan mampu menekan biaya untuk mengairi lahan mangga, sehingga di masa yang akan datang tidak ada lagi pohon mangga yang kerdil atau mati akibat kekeringan. Alhamdulillah, instalasi irigasi yang kami bangun sudah berhasil mengalirkan air ke empat toren yang ada dan bahkan sudah dapat mengalirkan air ke lahan mangga. Semoga Kelompok tani PLKSDA-BM Subur Maju sebagai penggarap lahan mangga dapat merawat instalasi irigasi tersebut dan memanfaatkannya dengan baik.

Perbanyakan dan Pemeliharaan Tanaman Mangga
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Desa Bantarwaru, ada satu pertanyaan yang mengganggu pikiran saya "Kenapa hampir setiap rumah di desa ini memiliki sedikitnya satu pohon mangga?". Dan pertanyaan tersebut akhirnya terjawab ketika Saya menanyakannya kepada dosen pembimbing lapangan kami. Beliau mengatakan bahwa desa ini memang cocok bagi pertumbuhan mangga karena iklimnya kering dan anginnya yang cukup baik untuk penyerbukan mangga. Saya juga bertanya kepada beliau "Kenapa mangga yang dikembangkan di lahan kritis adalah Mangga Garifta? Padahal mayoritas masyarakat desa menanam mangga jenis lain?". Jawaban beliau cukup jelas bagi Saya. Mangga Garifta memiliki keunikan tersendiri yang diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan. Mangga ini kulitnya berbeda dari mangga lain, ada yang kulitnya ungu, merah bahkan gading. Selain itu, Mangga Garifta juga memiliki aroma yang khas dan memiliki daya simpan yang cukup lama. Dan yang terpenting adalah bahwa mangga tersebut belum banyak yang membudidayakan, bahkan di Kabupaten Brebes sendiri baru Desa Bantarwaru yang mengembangkannya.

KKN-Inovasi-Bantarwaru
Pelatihan penyambungan Mangga Garifta
Program utama dari pilar perbanyakan dan pemeliharaan mangga adalah pelatihan penyambungan mangga. Teknik penyambungan yang kami gunakan adalah teknik sambung samping yang memiliki kelebihan yaitu jika penyambungan gagal (batang atas mati), maka batang bawah masih dapat digunakan lagi. Batang bawah yang kami gunakan adalah bibit mangga hasil perbanyakan dengan biji yang dikirim pada hari awal KKN sebanyak 1200 bibit. Sementara itu, batang atas yang kami gunakan kami ambil dari tanaman mangga garifta yang sudah tumbuh di lahan kritis. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh anggota kelompok tani Subur Maju dan masyarakat umum, bahkan ada beberapa pemuda desa yang mengikuti pelatihan. Alhamdulillah, selama masa KKN kami beserta warga desa sudah berhasil menyambung sebanyak 600 bibit.

Pembuatan Layout dan Roadmap Agrowisata
Program dari pilar ini mengharuskan kami untuk membuat rancangan dari agrowisata yang kelak akan dibangun di atas lahan mangga garifta. Selain itu, kami juga telah membuat roadmap untuk pemeliharaan kebun mangga untuk beberapa tahun ke depan. Namun, sayang sekali layout dan roadmap tersebut tidak dapat kami bagikan di sini.

Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani
Sebelum pelaksanaan KKN, kami sudah diberitahu bahwa masih ada beberapa masalah dalam kelompok tani PLKSDA-BM Subur Maju yang menyebabkan keorganisasian kelompok tersebut belum kuat. Oleh karena itu, kami mengadakan kegiatan berupa sosialisasi penguatan kelembagaan kelompok tani sekaligus penyampaian pencapaian program KKN kami yang berkaitan dengan pengadaan irigasi. Kegiatan tersebut disambut antusiasme anggota kelompok tani, terbukti dengan jumlah kehadiran yang tinggi.

KKN-Inovasi-Bantarwaru
Anggota kelompok tani PLKSDA-BM Subur Maju yang hadir dalam kegiatan sosialisasi beserta Kepala Desa Bantarwaru
Mendekati akhir masa KKN, ternyata kami diminta oleh pihak desa untuk ,mengadakan sosialisasi keorganisasian yang sasarannya adalah pemuda desa. Hal tersebut dikarenakan organisasi pemuda di Desa Bantarwaru ternyata seperti mati suri. Oleh karena itu, pihak desa berharap kami dapat memberikan suntikan semangat terhadap pemuda Desa Bantarwaru agar mau menghidupkan kembali organisasi mereka. Dalam sosialisasi tersebut kami juga menyampaikan mengenai manajemen organisasi yang baik. Kegiatan tersebut dihadiri oleh puluhan pemuda desa yang menyembut kegiatan tersebut dengan antusiasme tinggi.

KKN Inovasi Bantarwaru
Peserta sosialisasi keorganisasian di Balai Desa Bantarwaru

Meriahnya Perayaan HUT RI
Perayaan HUT RI di Desa Bantarwaru menurut Saya cukup meriah. Perayaan tersebut dimulai dengan diadakannya berbagai perlombaan sejak seminggu sebelum tanggal 17 Agustus. Lomba-lomba tersebut di antaranya adalah gerak jalan, balap egrang, lomba makan kerupuk, lomba menghias tumpeng, lomba karnaval pada tanggal 17 Agustus, dll. Lomba menghias tumpeng sendiri diadakan pada malam khusus bersamaan dengan acara tasyakuran. Saya cukup terkesan dengan perayaan HUT RI di desa ini, terutama karena kami diamanahi untuk menjadi juri gerak jalan, karnaval, bahkan juri menghias tumpeng. Antusisme warga untuk mengikuti perlombaan sangat tinggi, terutama untuk lomba menghias tumpeng dan gerak jalan. Saya sangat terkejut pada saat perlombaan tumpeng diadakan, karena aula balai desa hingga ke jalan di depan balai desa dipenuhi oleh warga yang penasaran dengan pemenang lomba.

KKN-Inovasi-Bantarwaru
Lomba memukul air di depan Balai Desa Bantarwaru
KKN-Inovasi-Bantarwaru
Tumpengnya cantik ya, kak?
Gotong Royong Bersama Warga Desa
Tidak salah memang jika warga desa disebut masih "guyub" atau rukun dan suka tolong menolong. Hal itu Saya rasakan selama menjalani KKN selama 35 hari di Desa Bantarwaru. Kami sebagai orang yang jarang bekerja berat sangat kesulitan ketika harus membuat instalasi irigasi, membuat tempat pembibitan mangga dan memindahkan bibit mangga. Bersyukur kami mendapat bantuan dari warga desa saat mengerjakan kegiatan-kegiatan tersebut.

Pada hari ke dua atau ke tiga pelaksanaan KKN, kami membuat tempat pembibitan mangga. Saat itu kami harus memasang tiang bambu dan memasang paranet. Mungkin, jika tidak dibantu oleh warga desa, kami tidak akan mampu menyelesaikan tempat pembibitan tersebut dalam satu hari.

KKN-Inovasi-Bantarwaru
Pembuatan tempat pembibitan Mangga Garifta
Malam hari ketika bibit mangga kami dikirim dari Jawa Barat, kami harus menurunkan bibit tersebut pada saat itu juga. Dan warga yang mengetahui hal tersebut bergegas membantu kami. Ketika itu Saya berpikir, "Apa yang akan terjadi jika hanya kami berenam belas yang menurunkan 1200 bibit dari truk ke pembibitan?". Sungguh. hingga hari ini saya masih terharu dengan bantuan yang telah diberikan oleh warga desa.

KKN-Inovasi-Bantarwaru
Pemindahan bibit mangga calon batang bawah
Bantuan warga yang teramat besar kami rasakan ketika kami harus membuat instalasi irigasi dan membangun rumah pompa. Kami sebelumnya tidak pernah membuat instalasi irigasi, apalagi membangun rumah pompa. Saat itu, kami semua sebenarnya khawatir jika kami tidak akan berhasil. Namun, berkat bantuan beberapa anggota kelompok tani Subur Maju, kami dapat menyelesaikan keduanya.  Kami dan anggota kelompok tani berbagi tugas. Mahasiswa laki-laki bertugas membuat adukan dan memasang paralon, mahasiswa perempuan membantu membawakan minum dan membawa adukan, sedangkan anggota kelompok tani bertugas membuat rumah pompa dan membantu memasang paralon. 

KKN-Inovasi-Bantarwaru
Pembuatan instalasi irigasi
Pada saat kami KKN, kebetulan ada salah satu RT yang sedang membangun sebuah musholla, sehingga kami diundang untuk ikut gotong royong membangun Musholla bersama warga. 

KKN-Inovasi-Bantarwaru
Gotong royong membangun musholla
Pisang, Jagung dan Rempeyek
Selama KKN di Desa Bantarwaru, kami sekalipun tidak pernah kekurangan makanan. Setiap kami berkunjung ke rumah warga, kami selalu disuguhi teh bahkan camilan. Terkadang, saat kami mengerjakan program kerja irigasi di kebun mangga kami sering disuguhi pisang. Kadangkala kami disuruh untuk mencabut singkong atau memetik jagung untuk kemudian kami bakar atau kami bawa ke posko KKN. Desa ini juga terkenal dengan rempeyeknya. Salah seorang warga yang kebetulan berjualan rempeyek bahkan seringkali memberi kami rempeyek. Warga desa memang relatif baik dan kami bersyukur pernah menjadi bagian dari kebaikan warga desa Bantarwaru.

Mau jagung bakar, kak?
Sayonara
Senyaman-nyamannya kami tinggal di Desa Bantarwaru, toh pada akhirnya kami harus kembali pulang. Tepat pada hari ke-35 kami KKN, kami berpamitan dengan warga desa. Sejak pagi hari kami berkeliling ke warga Dukuh Bantarwaru, dukuh yang kami tinggali. Banyak warga yang menahan isak tangis saat kami berpamitan dan beberapa dari kami juga tak henti-henti menangis. Kepergian kami saat itu diiringi oleh kalimat, "Jangan lupakan kami. Kalau ada waktu main lagi ke sini". 
Bagaimana kami akan lupa? Padahal kami disambut baik oleh bapak, ibu, kakak dan adik di Bantarwaru? Kami tidak lupa dan jika kami rindu, kami akan kembali ke Bantarwaru.



Desa Bantarwaru
Dari pengalaman pribadi penulis.
Ditulis di Purwokerto, 1 Februari 2020.


Continue reading 35 Hari di Desa Bantarwaru (KKN Inovasi Unsoed Desa Bantarwaru 2019)

Senin, 09 September 2019

Menikmati Sunrise di atas Jembatan BAPER Bantarkawung

Jembatan-baper
Sunrise dari atas jembatan BAPER
Sunrise atau matahari terbit merupakan salah satu peristiwa alam yang banyak dinantikan orang. Hal tersebut lantaran sunrise identik dengan keindahan. Langit yang perlahan merona jingga, lalu matahari perlahan naik dengan ukuran yang nampak sangat besar, berwarna jingga dan tidak menyilaukan mata, ditambah dengan udara pagi yang masih sejuk. Siapa yang tidak suka? Beberapa orang bahkan rela bersusah-payah mendaki gunung hanya sekadar untuk menikmati keindahan sunrise dari atas ketinggian. Atau, beberapa orang yang lebih menyukai hawa pesisir akan berburu sunrise di tepi pantai.
Eiiits. Ternyata, keindahan sunrise tidak hanya dapat dinikmati dari atas gunung atau dari tepi pantai. Bagi anda yang tidak sanggup mendaki gunung atau kurang menyukai pantai, ada tempat alternatif untuk menikmati sunrise, yaitu jembatan. Ya, jembatan. Pernah terbayang?

Jembatan-baper
Penampakan jembatan BAPER

Jembatan BAPER merupakan salah satu jembatan yang menjadi titik untuk menikmati indahnya peristiwa terbitnya Sang Surya. Mendengar namanya, anda pasti bertanya, mengapa namanya BAPER? Apakah jembatan tersebut menjadi tempat bertemunya dua insan yang akhirnya saling mencintai dan berjodoh pula? Jawabannya adalah bukan. Jembatan BAPER merupakan jembatan yang menghubungkan Desa Bantarwaru dengan Desa Pengarasan di Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes dan nama BAPER sendiri diambil dari akronim nama kedua desa tersebut –Bantarwaru- Pengarasan-.
Jembatan BAPER memang belum menjadi tempat wisata secara “resmi” dan mungkin sebagian besar dari anda baru tau namanya. Memang sebenarnya jembatan ini belum lama dibangun. Sebelumnya, lalu lintas antara Desa Bantarwaru dan Desa Pengarasan dapat diakses menggunakan perahu atau dengan memutar melalui desa lain, sehingga untuk memudahkan lalu lintas dibangunlah jembatan BAPER.

Desa-bantarwaru
Pantulan sunrise di titik pertemuan Sungai Cipamali-Sungai Cigunung

Jika anda ke Jembatan BAPER, anda tidak hanya akan disuguhi dengan keelokan sunrise.  Dari atas jembatan ini, anda akan disuguhi dengan pemandangan alam yang sangat menakjubkan. Di bawah jembatan, anda akan melihat pertemuan dua sungai, yaitu Sungai Cipamali dan Sungai Cigunung. Titik pertemuan kedua sungai tersebut akan memantulkan cahaya sunrise dengan sangat indah, menciptakan suasana syahdu dan “romantis”. Selain itu, jika anda mengedarkan pandangan dari atas jembatan ini, anda akan melihat bukit-bukit nan hijau yang mengelilingi Desa Bantarwaru dan Desa Pengarasan, juga sawah dan ladang yang ada di sekeliling jembatan. Anda juga dapat melihat puluhan kerbau yang sedang di”angon” serta warga yang asyik mencuci pakaian jika mengedarkan pandangan ke bawah jembatan. Hmmm. Sangat khas pedesaan, bukan?

Jembatan-baper
Warga sekitar berkunjung ke jembatan BAPER di Minggu pagi

Bagi anda yang menyukai sunrise sekaligus hobi mencicipi makanan, datanglah ke jembatan BAPER pada hari Minggu. Setiap hari minggu biasanya banyak penjual makanan yang berjualan di tepi jembatan BAPER. Kuliner yang ditawarkan beragam, namun sebagian besar merupakan kuliner tradisional. Sebut saja cenil, gethuk, nasi jagung, nasi urap, cilok, mata roda, timus, roti bakar hingga crepes dapat anda temui di sana. Jembatan BAPER menjadi sangat ramai di hari minggu karena banyak warga yang berkunjung, baik hanya sekadar olahraga dan menikmati sunrise atau sekaligus berburu jajanan. Bagi anda yang ingin menikmati semuanya, saya sarankan untuk datang ke jembatan ini pagi-pagi sekali. 
Bagaimana? Tertarik untuk menikmati sunrise di jembatan BAPER bersama orang terkasih, mungkin? 
Ada tambahan dari saya. Mungkin beberapa dari anda belum juga paham di mana kiranya Jembatan BAPER berada. Di paragraf sebelumnya sudah saya sebutkan kalau jembatan ini terletak di Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes. Untuk sampai di kecamatan ini, anda dapat mengaksesnya melalui Kecamatan Bumiayu dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 40 menit. Jika anda sudah sampai Kecamatan Bumiayu, anda dapat bertanya kepada penduduk sekitar atau lebih mudah jika bertanya kepada Google maps, hehe. Selamat bertualang.

Referensi: 
Pengalaman Pribadi Penulis.



Continue reading Menikmati Sunrise di atas Jembatan BAPER Bantarkawung